BERDOSAKU

Dalam semak aku meremang
Seribu pikiran merayu
Dugaku
Kau pasti tidak ada
Kala aku putuskan untuk berdosa

Kutelan pil pahit
Celanaku sesak
Lelakiku sesumbar ingin tuntaskan
Hasrat berdosaku di ubun
Ah, tak peduli Kau ada atau tiada

Kini semakku semarak
Gulita berjuntai
Seribu kepala lelaki menengadah
Satu kepala lelakiku di antaranya
Mengejar bau lendir
Hingga tulang belulang luluh lantah
Dan tubuh luruh tak terjaga
Sampai arwahku megap-megap
Antara tetap diam atau hendak pergi
Walau tangan Seorang tetap menjamah
Menyuruhnya menunggu
Menunggu
Sampaiku terjaga

Kau bawa lentera
Kuhalau dengan mengatakan:
Kau pengacau!
Merancaulah jauh dari gulitaku

Kau bawa api unggun
Kupadamkan seember air
Sambil berteriak:
Kau gila!
Bawa aku lebih banyak api lagi

Lalu neraka datang
Mampus aku!

Sekantung air mata
Seuntai doa
Dengan lutut gemelutuk
memanggilMu:
tolong aku

lalu Kau selimuti aku dengan pelukmu
di tengah alleluia Handel
dengan hatiku separuh
masih tertinggal di semak

Jkt, 19 Januari 2012

JIKA KAU MASIH TUHANKU

Tuhan,
aku tidak ingin Kau tidur lagi
seperti Kau beri gusar pada Petrus
sekonyong ombak dan gelombang menyapu
Kau masih juga pura-pura

Aku ingin Kau berjaga,
waktu penyalibanku telah tiba
dan aku sedang di getsemani
menanti datang ciuman Yudas

Kau di mana Tuhan,
Buka mataMu dan berjaga bersamaku

Aku ingin Kau bilang,
“dia anakku”
supaya tidak ada lagi ayam yang berkokok
hingga tiga kali
dan Kau sangkali aku

Ke mana Kau Tuhan,
sudah hampir tiga kali aku jatuh
belum juga Kau seka mukaku
atau Kau bantu panggul salib ini
seperti Simon kepadaMu

Ah, Tuhan
Kau ingin aku mati di salib juga
dan semua mengatakan “aku kalah”
lantas aku dikuburkan

Apa aku bangkit?
sama seperti Kau?

Jika Kau masih Tuhanku,
buktikanlah sekarang:
supaya aku tiba di Golgota
bangkit
menang

Jkt, 8 Desember 2011

 

KUKARKU AMBRUK BERSAMA BUNG KARNO

Kukarku ambruk
Bersama suara Bung Karno:
“Kemerdekaan itu adalah jembatan,
jembatan emas,
untuk masyarakat Indonesia yang gagah, kuat, kekal, abadi.”

 

Pawai opini pada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
Susahnya melahirkan sebuah jembatan
Kasak kusuk,
Lalu suara Bung Karno:
“kok teramat berat, untuk sebuah kemerdekaan yang perkaranya kecil.”
Lanjut Bung Karno:
“Tidak usah terlalu teliti, rinci, lengkap baru berani merdeka”

 

Kemerdekaan hanya jembatan,
Tidak usah terlalu teliti, rinci, lengkap

 

Maka ambruklah kukarku
Menelan mimpi masyarakatnya
Yang ingin gagah, kuat, kekal, abadi

 

Bung Karno bilang:
“Kita ini berani merdeka atau tidak!
Kita bangsa Indonesia tidak sehat badan,
banyak penyakit malaria,
banyak disentri,
banyak penyakit hongerudeem (penyakit busung lapar),
banyak ini banyak itu.
Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka.”
Lalu kata Bung Karno:
“Kalau ini pun harus diselesaikan, 20 tahun lagi baru kita merdeka”

 

Kukarku ambruk,
Merdekaku ambruk,
Yah, kita bangsa tidak sehat badan

 

Jkt, 30 Nov 2011

TUHAN SEBUAH DUSTA

Tuhan sebuah dusta
Di lariku Kau pergi
Mendahului maksudku
Dan menangkapku dengan jerat

 

Tak pernah Kau jujur
Sejengkalpun Kau berdiam
Tak berbisik tak bersuara
Cuma memandang
Tanpa bekas dan bau

 

Yah, Tuhan hanya sebuah dusta

 

Kau berupaya lahir
Seolah-olah mati secara tragis
Lalu Kau tampak
Kau menghilang
Seperti biasanya diriMu

 

Sekali ini saja
Aku ingin Kau jujur
Jawablah aku: mengapa
Kau harus menipu

 

Hingga aku harus terus berlari
Mengejar bayangMu

 

Jkt 28 November 2011

 

TIPIS

Bajumu
Tipis melekat
Melukai mataku

Lelakiku, terbatuk-batuk
Berdahak

Aku butuh dokter, kini

Setipis apapun,
Sampai kau tak perlu berbaju pun

Aku tak bergairah lagi

Imanku, kini
Setipis nyawaku

Jkt 28 November 2011
*)dia telah mengaku, dan aku bilang selalu ada waktu utk bergairah, kendati setipis yg dia kira

 

PARU-PARU MEREKA DAN HATI KAMI

Beristirahat Dalam Damai
 
Berjejer paru-paru
Pada nisan dengan nama dan tahun
Hari ini mereka bangkit
Bernapas dalam doa dan bunga

 

Lalu kami datang
Kami belah dada kami
Ambil hati kami
Berjejer bersama paru-paru mereka

 

Mereka tahu
Kami butuh paru-paru itu
Untuk hidup 80 tahun jika kuat

 

Kami pun tahu
Mereka butuh hati kami
Untuk hidup seribu tahun lamanya

 

Saat ini doa dan bunga kami dan mereka menyatu
Juga paru-paru dan hati
Supaya kami tidak lupa diri
Dan mereka tetap bernyawa

 

Walau sayang,
Kadang kami tidak berhati
Hingga paru-paru mereka tidak cukup mengembang
lalu jejeran nisan dengan nama itu menjadi panjang
Dari tahun ke tahun

 

Paru-paru mereka
Hati kami
(jika) Cukup hari ini
Beristirahat dalam damai

 

Jkt 2 November 2011

TENTANG SUMUR

Buat Bapa
 
tiga tahun
di tanah yang dia gali sumur
dia tancapkan jasadnya
menjaga mata air
agar sumur itu tetap penuh air
sebelumnya dia gunakan GLpro
harga kekayaan seorang kuli penyuluhan
dia bawa jerigen dan mengantri di hidran
dari sore menuju sore
setelah pulang dari kampung ke kampung
tiga hari
dia gali sumur itu
tiga mata air muncul
dua dari gunung: dingin
satu dari laut: hangat
tiga hari kemudian
lalu tiga minggu dan tiga bulan selanjutnya
tiga ratus mata air muncul
kampung itu penuh sumur
tiga tahun, kini
pada kedalaman 10 meter sumur itu
sumur pertama di kampung
kulihat wajah bapa
menjaga tiga ribu mata air
 
Jkt 11 Oktober 2011
*)buat ayahku yang telah pergi tiga tahun yang lalu, dikuburkan tidak jauh dari sumur pertama di Desa Napunlau, Kecamatan Waigete, Kab Sikka