Tak dapat kubingkiskan hujan
Untuk menanam harapan
Di atas taman impian
Tempat bermain rusa jantan
Dan burung terkukur
Supaya sungai kembali bernyanyi
Dengan lagu selembut embun
Di atas ilalang yang merunduk basah
Dan lonceng gereja yang memanggil
Para petani berdoa Angelus
Dengan bulir padi dan jagung
Sekotak tanah, mungkin
– dengan ulat bulu yang merangkak
hingga jangkrik yang betah mengerik
menggerakkan perut resonansinya
mengikuti bunyi gambus dan seruling
seperti sedang meberi aba-aba
kepada sapi-sapi liar di padang
berlari kepada siang dan malam
mencari tuannya yang pura-pura tak tahu
hilang satu tak pernah dicari –
Akan kubingkiskan
Ah, kitab suci
banyak di sana.
Akan kubingkiskan mesin penghancur kertas
supaya kitab-kitab suci itu lebur
menjadi bijih sesawi
untuk dipetik pada bulan rosario
demi menghitung jumlah Salam Maria
dengan tangan kasar dada hitam mata memerah
tetapi, lumbung membumbung
dan ayam bersahutan
laksana Magnificat
dari tetangga kepada tetangga
Kusertakan sekotak ruang hampa,
manusia telah banyak
binatang berkurang
tanaman mati di ladang
burung berhenti berkicau
sungai mencari air
agar manusia berhenti bicara
gaduhnya,
membuat semua penghuni pergi
dari NTT
Jakarta, 19 Agustus 2015