AKU MENUNGGUMU

(Jika lupa, rekeningkan saja!)

Seminari Mataloko

Aku menunggumu di Malanuza
Bau cengkeh dan talas bakar
Tak pernah bisa mengalahkan asap traktor
Yang meraung di antara karung-karung jagung
Hingga sapi telah menjadi kerbau
Berkubang sampai susunya menetes

Aku menunggumu di Tanjung
Babi-babi telah merasa menjaga silentium
Dengan dengkur laparnya
Hingga teriakan marahnya oleh ulah kesebelasan Golewa
Yang mengusik tumpukan dedak
Akibat bola sepak yang tergelincir

Lalu kolam ikan air tawar
Air dari bekas cucian dan toilet
Mengapung bersama pasukan kuning
Tidak pernah pula insan dan ususnya dibersihkan
Cuma berharap pada lombok Dolupore
Hingga hilang ingatan dari mana datangnya mujair itu

Aku menunggumu di kebun jeruk
Yang kini telah menjadi tempat istirahat
Dua orang yang selalu bertengkar
Soal model Kapela Alfonsus Ligouri
Hingga banyak yang tidak bisa tidur siang
Dan para pemain basket kehilangan lapangan

Aku menunggumu di kamar jemur
Akan kucatat satu per satu,
Celana dalam yang hilang
Juga kebiasaan gonta ganti,
Tanpa peduli itu milik siapa
Hingga kios Mimosa kewalahan
Order obat Kalpanax meningkat tajam
Sejak celana dalam itu hilang dan muncul

Juga berapa banyak surat yang datang dan pergi
Pada jam ketika pintu Gereja Mataloko dibuka setelah berkat penutup
Lalu diumumkan satu per satu
Pucuk yang dituju di kamar makan
Hingga sorak sorai meriuh,
Dua bahkan tiga orang bisa sama-sama berdiri,
Dari satu pengirim

Aku menunggumu di cemara
Kok selalu ada bungkusan biskuit,
Plastik bau molen Boadona,
Botol-botol sprite dan fanta
Hingga kepala para koster jadi korban
Setimpal dengan perbuatan mereka mencuri anggur misa
Hanya demi meraih biji-biji cemara
Untuk dupa di Salve Senin

Aku menunggumu di Pesta Family
Tidak pernah ada tidur siang yang nyenyak
Sepatu, kaus kaki, dan kostum terbujur di samping
Kerja pos cuma untuk menanti lonceng
Dan tidak ada lonceng berikutnya
Untuk mandi dan latih nyanyi
Hingga jam silentium tiba

Aku menunggumu di Kapela
Kamis ini misa komunitas,
Tua Enge konselebran utama
Rm Nadus akan berkotbah
Untuk kantong kolekte yang diedarkan
“Jika lupa, rekeningkan saja!”
Serempak kata keduanya dari Surga.

Jakarta, 16 Mei 2012

RINDU ALMAMATER

(Semat di Lembah Sasa)

Seminari St Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko

Jika kau berada jauh
Di sebuah lintang beribu-ribu mil
Lalu kau berdoa kepada Tuhan
Seperti Israel kepada Yahwe
Aku bertanya: ke mana kau akan pulang?

Seribu tapak telah kau lalui
Sejak lahirmu kau berlari
Tak peduli tali pusatmu belum mengering
Dan ari-arimu diterangi sebatang lilin
Aku bertanya: ke mana kau akan pulang?

Kau menguyah kata-kata
Mengisi kepalamu dengan seribu puisi
Kau lahap pula kitab suci
Juga catatan bangsa romawi
Tetapi, tak cukup kau lapar lagi
Aku bertanya: ke mana kau akan pulang?

Kau bilang: ke rumahku
Aku bertanya: di manakah?

Jika satu kayu tidak lagi berdiri di pintu
Hingga atap-atapnya berteriak
Dan semua lantai berontak
Sekuatnya mereka mencoba
Menghentikan pesta pora para rayap
dengan segelas anggur yang dicuri dari sakristi

Kau tidak akan lagi mendengar lonceng
Karena tidak ada tiang gantungnya
Tiada pula tempat berlutut
Dan altar untuk salib, piala, dan bunga
Hingga tikar sekalipun,
Tidak pernah kau jumpai bau kencing
Bercampur mimpi basah pertama kalimu

Aku bertanya: ke mana kau akan pulang?

Oh Yahwe, jika benar kau pemilik hati Musa
Bagikanlah kini sepotong demi sepotong kepada kami,
Biar kami juga punya hati
Untuk kembali ke Tanah Terjanji kami
Dari satu langkah kecil di seribu mil jauhnya
Demi menghentikan pesta pora para rayap

Jakarta, 15 Mei 2012